Sunday, June 5, 2016

As Simple As a Kindness

Semalam saya susah tidur. Biasa.. kalau mau tidur pasti suka ingat-ingat flashback ke masa-masa tertentu. Doa lengkap sebelum tidur sudah lho, padahal. Lalu perjalanan ingatan berhenti pada rak "Friendship", seperti sebuah file yang diambil dari rak besar, file itu terbuka lebar dan mencuat kenangan-kenangan bersama teman-teman dekat.

Laiknya sebuah monitor tab yang bisa digeser, memori yang menampilkan kenangan bersama teman saat SMA, kuliah dan pekerjaan di berbagai tempat. Lalu jari itu berhenti pada option kenangan dengan beberapa teman saat masih bekerja di sebuah edutainment park ternama. *Sebenarnya pop-up nya memori muncul saat teman saya posting kangen dengan suaminya yang lagi kerja di Amerika. Yes, I'm talking about youuu mbak Irma! I miss you a lot tetibaan nihh! :'( *

Terkadang momen bersama teman yang disangka tidak semenarik sahabat dekat itu kurang memorable, tapi ternyata saya salah. Saya sangat rindu dengan momen yang bisa dibilang tidak direncanakan semanis ini.

Jadi kejadiannya, saya mengingat kenangan indah saat berkunjung ke rumah teman kantor namanya Mbak Irma. Saat itu ia baru saja menikah. Suaminya satu kantor juga dengan saya, namun beda divisi bekerja di bidang F&B. *jadi intinya mbak Irma sama suaminya, juga saya itu rekan kantor*
Lalu suatu hari, mbak Irma mengundang saya dan beberapa teman kantor untuk main ke kontrakannya di wilayah Depok dekat Stasiun kereta. Disana ia mengundang kita makan-makan dan ngobrol seru aja. Dipilihlah hari libur.

Ada sekitar 4 orang yang main ke rumah mbak Irma untuk makan gratisan *HUAHAUHAHA... *. Kejadian saat berlangsung sih nggak spesial-spesial amat. Tapi setelah saya ingat-ingat, saya rindu suasana mainnya itu. Seperti dari awal berangkat, dimana rumah saya yang jauhnya naudzubillahimindzalik di Ciledug (dan kondisinya saya belum punya kendaraan pribadi), naik angkutan umum ke wilayah Depok. Oh-mai-gat. Bisa bayangin berapa jam saya kesana... tapi pas tahun 2008 itu kawasan Ciledug belum seneraka sekarang ya, belum ada tiang-tiang flyover bergelantungan di atas langit kayak sekarang. Jadi masih lumayan enak buat naik angkot, minusnya ya ngetemnya lama bangeuts.... (you know metromini lah).

Selanjutnya kita janjian di Terminal Blok M pintu 3 (atau berapa yang ke wilayah Depok) dan naik bis ke Depok. Sampai Depok kita turun di stasiun kereta yang saya lupa nama stasiunnya. Saat di stasiun mbak Irma sudah menjemput kita disana, lalu kita jalan kaki ke sebuah gang dan tiba di rumah kontrakan dengan cat warna hijau muda. Kalau saya ingat-ingat, cuaca saat itu juga mendukung kita untuk leyeh-leyeh di rumah mbak Irma. Ada matahari tapi udara sejuk.

Sesampainya di rumah, kita disambut makanan buatan mbak Irma. Menu sederhana, tapi serunya itu lho. Mengingat saya dan beberapa teman memang dekat dimasa itu, namun waktu dan tempatlah yang akhirnya buat kita semakin berjarak hingga sekarang. Kami masih berteman sangat baik kok, namun untuk bertemu secara fisikal agak lumayan butuh proses dan janji.

Yaa.. sudah kira-kira itu saja momen sesederhana itulah yang tiba-tiba bikin waktu tidur saya hampir berderai airmata.
Setelah dipikir-pikir, saya ini lumayan rumit untuk menjalin pertemanan dengan orang lain. Kalau enggak dekat banget, ya susah buat diajak kumpul. Sama yang sudah dekat seperti darahpun terkadang masih butuh inisiasi lagi untuk gaet saya bergabung. Ribet ya saya?

Kenangan sederhana itu buat saya bersyukur, bahwa orang yang serumit saya masih ada yang peduli dan ingin berteman. Saya sendiri terkadang suka malu sama sikap dan sifat saya yang minus ini. Bahkan secara sadar, saya sering melukai hati teman sendiri :'(

From the deepest of my heart, I am sorry.

Bahkan, bahkan nih ya, setelah saya fokus untuk karir dari rumah, sapaan sederhana dari teman walaupun melalui media sosial pun saya syukuri. Mereka tulus menyapa saya untuk menanyakan kabar, bukan untuk sesuatu dari saya untuk dimanfaatkan.

Mungkin terdengar haus kasih sayang dan skeptis, but hey, manusia adalah makhluk sosial. Butuh interaksi dengan manusia lain dan tidak bisa untuk hidup sendiri. Kita bukan amoeba yang bisa membelah diri. Memang, terkadang kita butuh waktu untuk sendiri, namun saat rasa individu itu hilang, mencairlah ia mencari rekan.

Momen sesimpel apapun dalam hidup kita, saat direnungi akan terasa indah dan bermakna. Dan yang paling penting siapapun individu yang mampir dalam hidup kita jangan dianggap remeh. Ada yang pahit ada yang manis. Yang pahit akan menjadi pembelajaran hidup dan yang manis mengajarkan kita sebuah bentuk kasih sayang dalam berragam bentuk dengan cara yang berbeda-beda. Hargai dan tularkan yang baik kepada yang lain. Karena satu kebaikan, akan menjadi sebuah kenangan :)