Monday, January 11, 2016

Tausiyah Cinta the Movie

Bagaimana caranya menjelaskan rindu kepada seseorang yang entah siapa dan di mana saat ini.

Untukmu yang jauh di sana, terkadang mata ini iri kepada hati, karena kau ada di hatiku namun tidak tampak di mataku.

Aku tidak memiliki alasan pasti mengapa sampai saat ini masih ingin menunggumu, meski kau tak pernah meminta untuk ditunggu dan diharapkan.

Hati ini meyakini bahwa kau ada, meski entah di belahan bumi mana.

Yang aku tahu, kelak aku akan menyempurnakan hidupku denganmu, di sini, di sisiku.

Maka, saat hatiku telah mengenal fitrahnya, aku akan berusaha mencintaimu dengan cara yang dicintai-Nya.

Sekalipun kita belum pernah bertemu, mungkin saat ini kita tengah melihat langit yang sama, tersenyum menatap rembulan yang sama.

Di sanalah, tatapanmu dan tatapanku bertemu.

- Tausiyah Cinta 

Kutipan puisi pada halaman 94 di dalam buku bersampul manis berwarna pink origami bangau, Tausiyah Cinta inilah yang menjadi cakupan inti dari film dengan judul yang sama, Tausiyah Cinta.





Kamis tepat jam 7 malam WIB berlokasi di XXI Blok M Square, aku, Irma dan Lelly nonton bareng (no-bar) atas undangan dari Tim Bedasinema Pictures yang mengundang para bloggers untuk melihat film Tausiyah Cinta premiere. Pak Ibas yang bertugas menjadi PIC Escort untuk tamu undangan sedikit mengobrol dengan kami sebelum filmnya mulai. Beliau bilang, nanti saat nonton filmnya pasti beda. Karena kami sangat menjaga kualitas film dimulai dari para pemainnya. Saat proses produksi para pemain tidak ada yang bersentuhan, apalagi bila ada dalam satu frame. Sama sekali dijaga :) jika ada adegan pelukan pun hanyalah adegan ibu dan anak (ibu dan putri, adegan Rei dengan ibu dan Azka dengan ibu. Tapi apakah pemeran ibu dengan Azka beneran ibunya Azka-kah?).

Pada pagi hari beberapa jam sebelum pergi ke XXI, aku pasang status di Path dan tag temanku yang salah satu penulis di buku Tausiyah Cinta. Ia juga berpesan, bahwa film ini beda dengan film-film biasa yang kita tonton dengan dana milyaran. Walau dengan budget terbatas namun tetap asik ditonton.

Dan benar saja, setelah kutonton film Tausiyah Cinta ini memang beda (bukan TVone ye... ;D). Perbedaan itu ada yang positif dan negatif. Karena ada beberapa hal yang ingin ku-review dari film TC, maka aku buat dengan beberapa part.

1. Pemain
Tokoh sentral film TC ada 3. Azka Pradipta (Hamas Syahid) seorang pemuda sholeh berwajah tampan, memiliki karir cemerlang di bidang arsitek, sedikit perfeksionis. Keimanannya diuji ketika musibah secara beruntun datang menerpanya. Lefan Aurino (Rendy Herpy), pebisnis muda yang sudah hidup dengan mapan, hadir dari keluarga salah komunikasi menyebabkan ia bertanya-tanya tentang kearifan Tuhan. Dan Kareina Zahra (Ressa Rere), muslimah yang masih mahasiswi dengan prestasi gemilang, bercita-cita ingin membahagiakan orang tuanya dengan menikah. Kualitas pemain utama cukup bagus. Akting natural dari Ressa Rere sebagai mahasiswi cukup meyakinkan. Namun sedikit over pada Rendy Herpy yang berakting laiknya drama televisi kebanyakan. In my words, "Too much drama". Hamas Syahid juga masih terlihat kaku di beberapa scene. Bagian favorit yang bisa kamu ingat terus ada pada scene Hamas sedang menghapal surat namun tidak selesai dan dibantu oleh para jemaat yang sedang mendengarkan hingga selesai (FYI, ternyata Ustadz kembar 3 itu jadi cameo, and nailed it pump up the tension! ;) )
Pemain tambahan ada pada Afian (Zaky ZR), pemuda sederhana dengan keahliannya di bidang menulis buku-buku tentang Islam menginginkan impiannya untuksegera menikah, namun terganjal dengan kesehatan orang tuanya. Akting Zaky cukup bagus, laiknya ikhwan dengan rasa gugup saat bertemu akhwat, apalagi berani meminang.




Yang cukup mengherankan, akting yang menonjol ada pada tokoh teman sekantor Azka (lupa namanya & tokohnya siapa...) yang sedikit menyebalkan bikin kesel penonton. Aktingnya sebagai orang nyebelin terlihat bagus dan seperti sudah biasa tampil di depan kamera. Orang bilang antagonis itu memang seru, dan dia berhasil nunjukkin itu.
Selebihnya aktor-aktor senior yang malah menjadi sisipan 'mengejutkan' di tengah-tengah film. Seperti Irwansyah sebagai Fattih, teman Azka dari Jerman, Peggy Melati Sukma sebagai ibu Kareina dan Seffira Meyda sebagai Bu Aufa. Tanpa banyak komentar, akting mereka tidak perlu dikhawatirkan walau hanya sebagai pendukung.

2. Cerita
Kisah film TC berdasarkan puisi pada buku pertama yang berjudul sama (puisi yang telah ditulis di atas). Dari segi cerita cukup kuat karena tidak lepas dari Al-Qur'an sebagai pedoman. Mengambil dari sisi manusia yang mencari cinta sejati, namun tak lepas dari syariat Islam. Sebagaimana kita tahu bahwa dalam Islam tidak ada yang namanya pacaran. Lalu, bagaimana kalau kita enggak pacaran terus gimana kita bakalan menikah? Yap, film ini mendobrak stigma masyarakat yang--walau sudah mulai sedikit demi sedikit terbuka dengan syariat Islam--masih tabu dalam pencarian kisah cinta dalam Islam. Dari rasa yang mulai tumbuh, lalu khitbah hingga pada proses ta'aruf yang sesuai syariat. Penonton akan sedikit dikejutkan dengan plot twist yang terjadi pada tengah hingga akhir kisah. Plot omnibus juga menjadi poin penting sebagai daya tarik film TC. Namun sebuah film tiada yang sempurna. Beberapa kejanggalan jelas terasa di beberapa adegan. Misal, saat Lefan mendapat telepon dari salah seorang sahabat yang berada di luar negeri, which is clue-nya dari kode telepon yang terpampang di layar telepon. Which is I know it's from UK, because the code is +44. Namun sayangnya tidak dijelaskan pada percakapan di telepon. Tidak ada sisipan detil mengenai sahabat berada di lokasi mana, cuaca apa, lagi apa, pekerjaan apa... yang terjadi adalah langsungnya Lefan mengajak dugem. Wait--wait, where's waldo? *over confuse*

Overall, dari beberapa bloopers cerita tetap puitis seperti puisinya. Manis dan hayati.

Dan terus yang kulihat di poster Kareina selalu memegang panahan. Apakah ia seorang pemanah? Kenapa aku nggak sadar itu di mention di filmnya ya? Atau aku lagi tidur saat adegan panahan itu? Somebody please tell meeee...... T,T

3. Sinematografi & Sound
Nah ini yang paling krusial. Aku bukan orang film, namun penikmat film. Dan penikmat film, butuh kemanjaan mata pada pengambilan gambar adegan-adegan. Pada awal-awal film terasa seperti masih amatir dengan pengambilan gambar terlalu zoom in pada wajah seperti sinetron (untungnya gak di zoom out terus balik lagi ke zoom in, terus zoom out.... terus zoom in.... *auk amat*). Pengambilan shot seperti fokus pada wajah mengaburkan fokus cerita dan layar belakang, seperti dia lagi dimana tadi ya?. Seperti pengambilan wajah Azka dan Lefan terlalu berlebihan. Yaaassss mama we know they are beautiful handsome men. Tapi ingat loh kak, ini kan film Islam yang syar'i. Dengan adanya zoom in pada Azka dan Lefan bikin penonton akhwat terkadang senyum-senyum sendiri, Masya Allah.... ada baiknya dihindari atau dikurangi supaya mata para akhwat jangan terlalu dimanja berlebihan oleh ketampanan para pemain. Beberapa gambar juga kadang diambil secara paksa dan perpindahannya kurang halus. Tapi adegan favoritku ada pada shot story Kareina berbusana gamis diiringi puisi. Emosi penonton diajak mendayu dan terhanyut dengan perjalanan pencarian cinta ketiganya. Sound. Untuk sound/suara agak sedikit mengganggu. Lagu-lagu soundtrack terasa sedikit 'dipaksa' masuk ke adegan. Padahal hanya alunan instrumen dari musiknya pastilah terasa cukup manis dan pas. Terkadang musiknya datang terlalu kencang, lalu terlalu kecil, lalu berhenti mendadak tanpa adanya shufflin' dengan adegan berikutnya. Kadang emosi penonton yang sudah oke jadi mood swing yang penuh apostrof (halah!).

4. Pakaian & Tata Rias
Sesuai syariat Islam dan profesional pada tempatnya. Lefan si pebisnis muda pas dengan tampilan yang clean cut dan eksklusif. Busana muslim Kareina juga tidak berlebihan maupun kurang. Pas dan menunjukkan sosok Muslimah yang sholehah. Untuk tata rias beberapa scene terlihat tampilan Azka dan Lefan dengan bedak yang terlalu tebal dan kurang natural. Bagi yang tahu dengan adegan musibah Azka pasti memperhatikan luka di wajah Azka. Ini cukup menarik karena luka pada wajah Azka diperhatikan dengan detil. Seperti proses dari luka basah hingga menjadi kering lalu menjadi goresan/scar yang membekas. 

Ini sih bukan review ya, tapi kritik film ;) 
Tapi dimana ada karya pasti ada kritik dan saran membangun. Sepenuhnya tulisanku ini adalah perhatian penonton yang menginginkan adanya film-film serupa, namun kedepannya menjadi lebih baik lagi walau ada satu-dua hal yang menghalangi. Namun apalah saya yang bukan siapa-siapa :) 
Seperti kutipan dari hadis, jika bergantung pada manusia yang ada hanyalah kekecewaan semata. Sedangkan jika mengandalkan Allah dalam hidup, niscaya tenteram hidup ini. 

So overall, Tausiyah Cinta tontonan menarik yang nggak boleh dilewatin bulan ini. Mari kita hijrah dan jemput cinta-Nya dengan jalan yang Ia kehendaki. 

Seperti kutipan ayat yang terkandung di Q.S An-Nur; 26:
"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik."

Semangat untuk Bedasinema Pictures & TC crews! Teruslah berdakwah tanpa lelah.

Related Articles

0 comments:

Post a Comment

Lockerette Paw Print